banner pilkada 2024

Harga Beras di Kota Blitar Melonjak hingga Rp 14 Ribu per Kg

Blitar – Perkembangan harga beras di Kota Blitar terus menjadi perhatian utama masyarakat, dengan kenaikan yang mencapai Rp 14 ribu per kg.

Dalam upaya untuk mengendalikan tren kenaikan ini, sejumlah pedagang pasar telah menerima tambahan suplai stok beras dari Badan Urusan Logistik (Bulog) melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Blitar.

Tindakan ini diambil dengan tujuan untuk menjaga stabilitas harga beras sehingga masyarakat tetap dapat memperolehnya sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).

Berdasarkan pantauan awak media di Pasar Pon Kota Blitar, beberapa pedagang sembako telah menerima suplai stok beras dari Bulog.

Setiap pedagang diberikan sekitar 30 paket beras, dengan masing-masing paket memiliki berat 5 kg dan dijual dengan harga sekitar Rp 47.250 per paket.

Salah satu pedagang sembako, Muhammad Khoirul, menyambut baik langkah ini.

“Terbantu, jadi ada stok lebih banyak. Terus warga bisa beli dengan harga yang lebih murah. Karena harga beras sekarang mahal.”

Khoirul menambahkan bahwa saat ini harga beras dengan kualitas premium telah mencapai Rp 14 ribu per kg, sementara harga beras jenis medium atau biasa sekitar Rp 12 ribu per kg.

“Harga naik sudah sejak tiga minggu yang lalu, tapi naiknya bertahap. Sampai sekarang harganya Rp 14 ribu per kilogram,” terangnya.

Kepala Disperindag Kota Blitar, Hakim Sisworo, menjelaskan bahwa sebanyak 9 pedagang pasar telah menerima stok beras dari Bulog, dan jumlah ini masih akan disesuaikan dengan data yang masuk.

Ia berharap akan ada pedagang pasar lainnya yang juga akan menerima suplai stok beras.

“Tujuannya untuk menstabilkan kenaikan harga beras, harapannya masyarakat tidak kesulitan. Jadi kita minta Bulog untuk membantu pasokan beras, dengan menjualnya sesuai HET sebesar Rp 9.450 per kg,” jelas Hakim pada Selasa (29/8/2023).

Menurut Hakim, kenaikan harga beras di pasar terkait dengan beberapa faktor, termasuk dampak dari musim kemarau yang panjang.

Selain itu, jumlah panen padi dari petani juga sedikit, dan tidak semua beras yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.

“Harga gabah di petani itu sudah naik, di atas HET. Kemudian dimungkinkan kadar air pada gabah kurang, jadi saat diselip hasilnya berkurang. Akhirnya harga beras menjadi naik,” tandasnya.

Baca Juga
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Jurnalistik Berkualitas Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!