banner pilkada 2024

Kepala Sekolah SMP di Malang Aniaya Guru Olahraga

Malang – Seorang guru olahraga di lingkungan SMP Negeri 5 Singosari telah mengungkapkan dirinya menjadi korban aksi penganiayaan yang menggemparkan. Terungkap bahwa pelaku di balik insiden ini tidak lain adalah kepala sekolah yang menjabat di sekolah yang sama.

Kisah ini berpusat pada Abdul Rozaq, yang usianya mencapai 49 tahun dan berprofesi sebagai guru olahraga. Sedangkan sosok terlapor yang tak terduga adalah Anas Fahrudin, yang menjabat sebagai kepala sekolah di SMPN 5 Singosari.

Menurut cerita yang diungkapkan oleh Rozaq, serangan ini terjadi pada hari Sabtu tanggal 12 Agustus, sekitar pukul 21.00 WIB. Lokasinya berada di halaman SMP Negeri 5 Singosari, yang terletak di Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Pada saat kejadian, Rozaq tengah mengawasi aktivitas para siswa yang sedang mengikuti program kegiatan perkemahan di area sekolah.

Secara tiba-tiba, Anas Fahrudin, kepala sekolah yang seharusnya memberikan contoh yang baik, muncul dengan membawa amarah dan menggunakan kata-kata kasar terhadap Rozaq.

Namun, adegan yang lebih mencengangkan terjadi ketika Anas tiba-tiba menendang Rozaq sebanyak dua kali, mengarahkan pukulan tersebut ke bagian pinggang kanan korban.

Rozaq membagikan pengalamannya dengan rinci, mengungkapkan bahwa saat serangan terjadi, ia sedang terlibat dalam percakapan dengan salah satu rekan guru lainnya. Namun, situasi berubah drastis ketika Anas meminta agar Rozaq keluar dari ruangan tersebut.

Rozaq patuh keluar, tetapi begitu dia berada di depan pintu, tindakan brutal Anas telah menanti. Dalam keadaan yang mengejutkan, Rozaq menerima tendangan yang keras dari Anas.

Meskipun begitu, hanya satu dari dua tendangan yang mengenai sasaran karena teman sejawatnya berhasil menghalangi yang satunya. Anas tak berhenti di situ, ia juga berusaha untuk memukul Rozaq, namun usahanya digagalkan oleh teman-teman yang berada di sekitar.

Rozaq mengungkapkan bahwa meskipun ia menjadi korban kekerasan ini, ia memilih untuk tetap tenang dan tidak membalas tindakan kejam yang dilakukan oleh Anas.

Faktanya, banyak orang yang menjadi saksi mata atas peristiwa ini, termasuk para siswa dan rekan guru yang turut menyaksikan insiden ini secara langsung.

Meski merasa tertindas oleh perlakuan yang tidak pantas ini, Rozaq tidak mengambil tindakan balasan yang serupa. Ia mengatakan bahwa dalam momen itu, banyak teman-teman yang emosional, bahkan ada yang menangis karena ketakutan.

Meskipun demikian, Rozaq memilih untuk menjaga ketenangan dan keberanian dalam menghadapi situasi tersebut.

Baca Juga
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Jurnalistik Berkualitas Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!