banner pilkada 2024

Gubernur Bali Wayan Koster Larang Siswa-Siswi Nonton Upin-Ipin

Surabaya – Gelora semangat kebangsaan dan cinta akan budaya Bali semakin menyala dalam panggung pesan yang disampaikan oleh Gubernur Bali, Wayan Koster.

Dalam sebuah momentum bersejarah, Koster mengajak para siswa-siswi Bali untuk merapatkan barisan dan menghentikan kecenderungan menonton film animasi dari luar negeri, khususnya kartun terkenal asal Malaysia, Upin-Ipin.

Dalam ajakan yang bersemangat, Koster menggarisbawahi pentingnya menggali dan mendukung produk film budaya dalam negeri. Dengan tegas ia menyatakan,

“Jangan lagi nonton itu (Upin-Ipin), nggak jelas itu apa itu. Lebih baik kita bangun produksi yang berangkat pada tradisi dan budaya kita, tanah Bali betul-betul memiliki kekayaan untuk itu.”

Moment epik ini terjadi dalam acara penyerahan hadiah Lomba Esai Film Jayaprana yang digelar pada hari Senin (14/8/2023).

Koster dengan penuh semangat mengingatkan para hadirin akan kekayaan budaya Bali yang patut dijaga dari pengaruh budaya luar. Bali memiliki khazanah tradisi yang tak ternilai dan kekayaan produk budaya yang tak boleh terlupakan.

Namun, Koster tak hanya sekadar memperingatkan tentang risiko budaya luar yang masuk, ia juga mengajak para siswa-siswi Bali untuk menemukan inspirasi dalam kisah film Jayaprana.

Menurutnya, ini adalah langkah penting dalam membangun dan memajukan identitas budaya Bali.

Tak hanya sebatas isu kebudayaan, Gubernur Koster juga menyuarakan pentingnya peran generasi muda dalam membangun masa depan Bali yang lebih baik.

Baginya, karya-karya anak bangsa memiliki peran sentral dalam menjaga kelangsungan pembangunan Bali ke depannya.

Ia juga menegaskan bahwa pendidikan memiliki peranan kunci dalam mewujudkan cita-cita masyarakat Bali dalam membangun kehidupan dan perekonomian yang lebih baik.

Di tengah semangat nasionalisme yang dipancarkannya, Koster turut memberikan sorotan terhadap perubahan tren nama di Bali.

Dengan keprihatinan, ia mengatakan bahwa nama Ketut sudah hampir punah di Bali, hanya menyisakan 6 persen. Demikian juga dengan nama Nyoman dan Komang yang terancam punah, hanya tinggal 18 persen.

Tidak hanya sekadar menyampaikan kenyataan, Koster turut memberikan solusi. Dalam semangat keselarasan antara pelestarian budaya dan harapan masa depan, ia mendorong para siswa-siswi Bali untuk melanjutkan garis keturunan hingga memiliki empat anak.

Sebagai insentif, ia mengungkapkan bahwa mereka yang memenuhi hal ini akan diberi kesempatan untuk memberi nama anak-anak mereka dengan nama-nama tradisional Bali seperti Ketut dan Nyoman.

Semangat Gubernur Koster merangkum harapan, tantangan, dan solusi dalam menjaga dan memajukan kebudayaan Bali.

Baca Juga
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Jurnalistik Berkualitas Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!