banner pilkada 2024

Cara Memilih Menantu Idaman Ala Imam Hasan Bashri

Surabaya – Orang tua sering kali merasa cemas dan ragu ketika datang seorang pria yang ingin melamar anak perempuan mereka. Dalam situasi ini, orang tua perlu memperhatikan cara memilih menantu idaman ala Imam Hasan Bashri.

Imam Hasan Bashri memberikan nasihat kepada orang tua yang memiliki anak perempuan agar melakukan seleksi yang cermat terhadap calon menantu laki-laki.

Beliau juga menekankan pentingnya memperhatikan tingkat ketakwaan dari calon menantunya.

Imam Hasan Bashri menjelaskan lebih lanjut bahwa ketakwaan yang dimaksud tidak hanya terbatas pada aspek keagamaan seperti pelaksanaan ibadah wajib dan sunnah.

Tetapi juga mencakup perilaku sosial dan moral dalam lingkup kehidupan rumah tangga.

وقال رجل للحسن قد خطب ابنتي جماعة فمن أزوجها قال ممن يتقي الله فإن أحبها أكرمها وإن أبغضها لم يظلمها

Artinya, “Seseorang bertanya kepada Imam Hasan Bashri, ‘Beberapa pemuda melamar anak perempuanku. Dengan siapa baiknya kunikahkan dia?’ Imam Al-Hasan menjawab, ‘(Nikahkanlah anakmu) dengan pemuda yang bertakwa kepada Allah, yang kelak jika hatinya sedang senang ia akan menghormati anakmu; dan jika sedang marah ia tidak akan menzaliminya.’” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2015 M], juz II, halaman 48).

Imam Az-Zabidi didalam syarah Ihya menjelaskan, orang tua atau wali yang memiliki anak perempuan seharusnya memerhatikan beberapa aspek terkait calon menantu idaman.

Poin-poin ini sangat relevan sebagai langkah awal dalam membuka jalan menuju rumah tangga yang bahagia bagi anak perempuan mereka di masa depan.

قوله (ويجب على الولي أيضا) أي ولي المخطوبة (أن يراعي خصال الزوج ولينظر لكريمته) وهي المخطوبة (فلا يزوجها ممن ساء خلقه أو خلقه) الأولى بالضم والثانية بالفتح (أو ضعف دينه) أي بأن يكون متهاونا بأموره (أو قصر عن القيام بحقها) أي المرأة (أو كان لا يكافئها في نسبها)

Artinya, “(Seorang wali) wali perempuan (wajib menjaga dan memperhatikan calon suami bagi anak perempuannya) yang akan dilamar. (Jangan ia menikahkan anaknya dengan pemuda yang buruk akhlak dan fisiknya), yang pertama dengan kha dhammah dan kedua dengan kha fathah, (atau lemah agamanya), yaitu meremehkan masalah agama, (atau lalai menjalankan kewajiban terhadapnya) terhadap istrinya, (atau orang yang tidak sekufu),” (Imam Az-Zabidi, Ithafus Sadatil Muttaqin bi Syarhi Ihya Ulumiddin, [Beirut, Muassastut Tarikh Al-Arabi: 1994 M/1414 H], juz V, halaman 349).

Soal memilih menantu idaman, Imam Al-Ghazali didalam Ihya Ulumiddin mengutip hadits yang diriwayatkan Abu Amr At-Tawqani dari Aisyah ra dan Asma ra, “Nikah itu ikatan. Hendaklah perhatikan pada siapa kalian menempatkan anak perempuan mulia kalian.”

Imam Al-Ghazali dengan tegas mengingatkan para orang orang tua untuk menjaga tingkat kehati-hatian dan melakukan seleksi yang cermat terhadap calon menantu mereka dengan proporsionalitas yang tepat.

Sangat penting untuk tidak membuat pilihan pada calon menantu yang memiliki sifat zalim, fasik, menyimpang dari ajaran agama, atau terlibat dalam konsumsi minuman keras.

Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam pemilihan menantu idaman, tidak hanya perlu memperhatikan tingkat kesalehan individu mereka, tetapi juga karakter, integritas, dan perilaku sosial mereka.

Ini penting agar saat mereka merasa senang, mereka tidak melampaui batas, dan saat mereka marah, mereka tidak memperlakukan istri dan anak-anak mereka dengan zalim.

Semua ini adalah aspek yang harus diperhatikan dalam memilih calon menantu yang tepat.

Baca Juga
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Jurnalistik Berkualitas Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!