Malang – Kejadian memilukan terjadi di SMP Negeri 5 Satu Atap Singosari, Malang. Seorang guru olahraga bernama Abdul Rozaq (49) terjerat dalam peristiwa penganiayaan yang mengguncang, dengan Anas Fahrudin, sang kepala sekolah, sebagai pelaku. Pertanyaan pun melonjak, mengapa guru dan kepala sekolah terlibat dalam episode tragis ini?
Menurut kabar terkini, peristiwa itu terjadi di Sabtu (12/8) pukul 21.00 WIB di halaman SMP Negeri 5 Singosari, terletak di Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Saat itu, korban tengah mengawal para pelajar yang tengah asyik menjalani kegiatan kemah di lingkungan sekolah. Tiba-tiba, Anas Fahrudin muncul tanpa aba-aba, membanjiri korban dengan hujatan.
Tidak berhenti sampai di situ, pelaku dengan tiba-tiba mengarahkan tendangan penuh kekuatan menuju bagian pinggang kanan korban. Kekerasan fisik ini berlangsung dalam dua kali tendangan yang melukai korban. Ketegangan memuncak saat teman-teman sekolah berhasil menghentikan pukulan yang hendak dilancarkan oleh pelaku terhadap korban.
Detik-detik mencekam ini memperlihatkan bagaimana kecemasan dan kebingungan merasuki lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang aman. Kita pun bertanya-tanya, apa yang melatarbelakangi insiden ini?
Rozaq, korban dari kejadian ini, berpendapat bahwa ia menjadi korban karena permasalahan rekrutmen guru yang tak disangka-sangka. Kabarnya, proses perekrutan guru baru dilakukan oleh salah satu operator Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada bulan Maret 2023 yang lalu.
Pada waktu itu, SMP Negeri 5 Satu Atap Singosari sedang berusaha mencari calon guru yang cocok untuk mengisi posisi yang tersedia. Banyak lamaran diterima, namun ketika satu kandidat guru berhasil terpilih, Rozaq merasa perlu memberi tahu Anas. Namun, sang kepala sekolah tidak berada di tempat.
Menghadapi situasi ini, Rozaq memutuskan untuk menghubungi calon guru tersebut secara langsung. Akan tetapi, yang terjadi adalah pelaku justru merasa tidak setuju dan mengungkapkan ketidaksetujuannya di grup sekolah. Tanpa diduga, inilah yang akhirnya memicu serangan fisik terhadap Rozaq.
Menariknya, Rozaq bukan hanya seorang guru olahraga. Ia juga memiliki jabatan sebagai wakil kepala sekolah. Hal ini membuka ruang diskusi lebih dalam mengenai dinamika kekuasaan di dalam lingkungan sekolah.
“Intinya dia merasa dilangkahi dengan perekrutan itu, sampai mengajak berkelahi. Akhirnya kejadian Sabtu kemarin, saya ditendang,” ungkap Rozaq dengan nada prihatin pada Selasa (15/8/2023).
Peristiwa traumatis ini membekas dalam ingatan Rozaq, hingga ia menolak untuk melangkah ke dalam lingkungan sekolah selama pelaku masih menjabat sebagai kepala sekolah. Tindakan ini diambil sebagai bentuk protes atas apa yang ia alami.
Sebelumnya, sebuah cerita mengenai kekerasan antar sesama di lingkungan sekolah telah menghebohkan. Seorang guru olahraga, Abdul Rozaq (49), harus menanggung luka-luka memar akibat penganiayaan oleh oknum kepala sekolah, Anas Fahrudin, di SMP Negeri 5 Satu Atap Singosari, Malang.
Pertanyaan besar yang masih menggantung adalah, apa yang melatarbelakangi insiden mengerikan ini? Apakah ini hanya persoalan rekrutmen guru, atau ada dinamika yang lebih dalam yang belum terungkap? Lingkungan sekolah seharusnya menjadi wadah yang aman, namun insiden ini telah mengguncang keyakinan tersebut.