Sulawesi Selatan – Sebuah kisah inspiratif datang dari Ayu Aruni, perempuan asal Balo-Balo, Kecamatan Belopa, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Putri kedua pasangan Husni Thamrin dan Abd. Rahman saat ini berhasil lolos sebagai penerima Turkiye Burslari Scholarship (YTB) – Master Degree Program.
YTB – Master Degree Program yaitu beasiswa Fully Funded oleh pemerintah Turki untuk mahasiswa internasional dari berbagai negara di dunia.
Ia saat ini ditempatkan di Anadolu University jurusan Hubungan Internasional yang merupakan Top University di Turki.
Tidak semua pelajar yang berkeinginan untuk kuliah di luar negeri mampu memperoleh beasiswa dan melanjutkan pendidikan di luar negeri. Perjuangan keras harus dilalui guna mencapai tujuan ini.
Perjalanan perempuan yang kerap disapa Ayu atau Arun ini cukup panjang dan tidak mudah. Sejak SMA dia pernah mengikuti seleksi pertukaran pelajar oleh AFS Intercultural program dan seleksi United World College (UWC).
Ketertatikannya terhadap interaksi antarnegara dan masyarakat intercultural menjadikannya memilih untuk berkuliah di jurusan Hubungan Internasional.
Persiapannya berkuliah di Luar Negeri sepertinya memang sudah di persiapkan sejak jauh-jauh hari.
Sebelumnya ia sudah pernah mendapatkan surat penerimaan universitas terbaik di Polandia untuk kuliah double degree. Meskipun begitu, Turki menjadi tujuan utamanya untuk studi S2.
“Kuliah di Turki sudah menjadi keinginan saya sejak lama. Turki merupakan negara 2 benua (red: Eropa-Asia) yang mayoritas penduduknya beragama Muslim, sehingga saya bisa tetap aman dan mudah dalam menemukan makanan halal. Saya juga tidak takut saat melaksanakan kewajiban saya sebagai Muslim,” ungkap Ayu kepada SiaraNesia, Kamis (17/8/2023).
Menurutnya, pendidikan tinggi di Turki mengadopsi Sistem Bologna (kurikulum Uni Eropa), yang menjamin kualitas pendidikan terbaik.
Alasan lainnya, Turki banyak mengambil peran penting dalam dinamika global dan menjadikannya negara superpower di kawasan Timur Tengah.
“Identitasnya sebagai negara Muslim juga menarik bagi saya untuk mengkaji hal tersebut kedepannya,” sambungnya.
“Lingkungan Internasional di Turki juga mendukung saya dalam menambah relasi global. Juga saya ingin mempelajari Bahasa Turki untuk meningkatkan keterampilan dan menguasai bahasa asing lainnya,” ujar Ayu.
Sebelum dinyatakan sebagai penerima beasiswa pemerintah Turki, Arun sudah diterima di beberapa Universitas di Turki dan berencana berkuliah mandiri.
Namun, syukur pada 2023, setelah berjuang selama 6 bulan proses seleksi, dia berhasil lolos sebagai penerima Turkiye Burslari Scholarship (YTB) – Master Degree Program, yaitu beasiswa Fully Funded oleh pemerintah Turki untuk mahasiswa internasional dari berbagai negara di dunia.
Diketahui, pendaftar beasiswa YTB dari Indonesia pada tahun 2023 mencapai 15.000 orang, dan hanya 60 orang yang lolos (20 orang di tingkat S1/S2/S3) setelah melalui beberapa tahapan seleksi.
Beasiswa ini mencangkup Biaya kuliah, Program Bahasa Turki, Asrama/Apartemen, Asuransi Kesehatan Internasional, dan Akomodasi Uang Bulanan, Tiket Pesawat PP, dan biaya program/kegiatan selama masa studi.
Sekarang, Ia berhasil ditempatkan di Anadolu University jurusan Hubungan Internasional yang merupakan Top University di Turki.
Awalnya ia mengira tidak bisa lolos lantaran terkendala sertifikat ujian pascasarjana internasional (ALES/GRE).
“Alhamdulillah saya menjadi satu-satunya kandidat jurusan Hubungan Internasional dari semua jenjang yang berhasil lolos. Dan satu-satunya di Anadolu University yang merupakan universitas favorit saya sejak lama,” ujar perempuan asal Kabupaten Luwu ini dengan ekspresif.
Perjalanan pendidikan Ayu Aruni dimulai dari SDN 26 Balo-balo, MTs Negeri Luwu, SMAN 01 Unggulan Kamanre (saat ini SMAN 12 Luwu), dan berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana Semarang.
Saat awal berkuliah di Semarang, dia merasa sangat tertinggal terutama dalam bahasa inggris. Terlebih dia mengambil jurusan Hubungan Internasional yang merupakan rumpun ilmu sosial-politik, sementara di SMA mempelajari rumpun MIPA.
Namun keadaan tersebut tidak menjadikan Arun menyerah justru termotivasi memperbaiki kualitas dirinya agar bisa mengimbangi teman-temannya.
Dia berhasil merubah dirinya menjadi lebih dari pada keinginannya dan berhasil lulus dengan predikat Cumlaude.
Semasa kuliah dia aktif menjadi asisten dosen, kepanitiaan, dan organisasi yang menurutnya bisa meningkatkan skill dan memperbanyak relasinya.
Sebagai mahasiswa Hubungan Internasional, Arun dipercayai memegang beberapa peran seperti menjadi Kepala Departemen Divisi Multimedia di Himpunan Prodi HI – International Relations Student Association,
Kemudian Chairperson & Representative UKSW untuk Forum Komunikasi Mahasiswa HI se-Indonesia, Ketua Divisi Kewirausahaan GenBI (Generasi Bank Indonesia), Local Committe di AIESEC Global Volunteer Semarang, Student Ambassador International Model United Nations, dan beberapa peran lain.
Selain itu, Arun aktif mengikuti magang dibeberapa Instansi seperti di Kementerian Hukum dan HAM, Bakrie Center Foundations, dan Yayasan Sekolah Ekspor. Juga mengikuti beberapa program MSIB Kampus Merdeka.
Tidak tanggung-tanggung, Arun juga berhasil mendapatkan beasiswa Full dari Bank Indonesia Scholarship. Serta mempublikasikan 2 jurnal diantaranya terindeks Internasional EBSCO dan terakreditasi Nasional SINTA di Journal of Middle East and Islamic Studies (MEIS), University of Indonesia.
Aktivitasnya juga terlihat dari berbagai proyek dan kegiatan sukarelawan yang tercatat dalam profil pengalaman LinkedIn-nya.
Arun besar dan tumbuh di Luwu, merupakan anak dari Ibu Husni Thamrin dan alm. Abd. Rahman (Korban Bom Bunuh Diri Sampoddo, 2002).
Menjadi anak yatim sejak belum berumur 1 Tahun, tidak menjadikan Arun berkecil hati untuk tetap ingin merasakan pendidikan setinggi-tingginya.
Sejak Kecil, dia ditanggung oleh Kakek dan Neneknya (Bapak H. Thamrin dan Ibu Hj. Nadira) yang berperan besar dalam memfasilitasi setiap langkah Arun dalam menempuh pendidikan tinggi dan meraih cita-citanya.
Arun memang sangat dekat dengan Kakek-neneknya selayaknya anak kandung. Hal itulah yang mendorongnya untuk semangat dalam mengejar pendidikan agar dapat memberikan kebanggaan bagi keluarga besar yang selalu mendukungnya.
“Saya difasilitasi dengan baik oleh bapak Aji dan mama Aji (sebutannya kepada kakek-neneknya) dan tidak pernah merasakan kekurangan selama menempuh pendidikan, jadi saya tidak mungkin bermimpi hanya sebatas ingin kuliah dan kerja,” kata Ayu, Kamis (17/8).
Ayu gigih untuk mengenyam bangku pendidikan dan karir agar bisa membanggakan keluarga besar yang selama ini memberikan support.
“Pengaruh saya tidak boleh hanya di lingkungan kampus, saya ingin memiliki dampak juga daerah asal saya, negara, dan dunia. Saya ingin menjadi cerita sukses bagi mereka yang mendukung saya dengan tulus,” tukas Ayu.
Menurutnya, kesuksesannya sekarang adalah berkat kesempatan serta kepercayaan besar dari Allah SWT untuknya, dan jawaban dari doa-doa dirinya dan keluarganya selama ini.
“Intinya sebesar apapun usaha dan previlege yang dimiliki, jika tanpa melibatkan Allah SWT dalam setiap prosesnya, bisa jadi hasilnya hanya sia-sia. Perjalanan saya juga masih panjang, masih banyak hal-hal yang ingin saya eksplor dan buktikan kedepannya,” pungkasnya.