Tulungagung – Demam Berdarah Dengue alias DBD di Tulungagung lagi heboh banget nih! Tahun ini kasusnya melonjak parah sampe rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir, dengan 1.029 kasus dan 13 orang meninggal dunia.
Gegara apa sih? Sekretaris Dinas Kesehatan Tulungagung, Anna Sapti Saripah, bilang 1.029 kasus DBD itu terjadi dari Januari sampe 10 Juli 2024. Dia bilang sih ini emang siklus lima tahunan.
“Januari ada 56 kasus, Februari naik jadi 83, Maret tambah naik lagi jadi 221, puncaknya di April sampe 288 kasus. Mei turun dikit jadi 273 kasus, Juni 87, dan Juli sampe hari ini udah 21 kasus,” kata Anna, Kamis (11/7/2024).
Dari data dinas kesehatan, kasus DBD tahun ini bener-bener naik tajam dibanding tahun-tahun sebelumnya. Nih, liat deh: 2020: 275 kasus, 5 meninggal; 2021: 152 kasus, 2 meninggal; 2022: 410 kasus, 4 meninggal; 2023: 206 kasus, 3 meninggal; 2024: 1.029 kasus, 13 meninggal
Anna bilang, angka kesakitan atau Insidence Rate (IR) DBD tahun ini 91 per 100 ribu penduduk (total penduduk Tulungagung 2024 itu 1.104.703 jiwa), dan angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) 1,29 persen. Padahal target IR Tulungagung itu cuma 49 per 100 ribu penduduk dan target CFR 0,06 persen.
Dinas kesehatan janji bakal ngegenjot upaya penanggulangan DBD lewat semua jejaring kesehatan. Anna juga ngejelasin, kasus DBD paling tinggi itu ada di Kecamatan Boyolangu, Kedungwaru, Bandung, Campurdarat, Besuki, dan Tulungagung. Sedangkan yang paling rendah di Kecamatan Sendang dan Pagerwojo.
Anna bilang, kasus DBD itu erat kaitannya sama lingkungan yang padat penduduk, kayak di wilayah perkotaan atau daerah pinggiran yang miskin. Meskipun trennya udah menurun, Anna ngingetin masyarakat buat tetep waspada, apalagi cuaca gak menentu.
“Sekarang musim kemarau, tapi kadang masih hujan. Ini yang bahaya, nyamuk Aedes Aegypti gampang berkembang biak. Buktinya Juli udah ada 21 kasus,” ujarnya.
Salah satu cara paling efektif buat cegah DBD itu gerakan 3M plus: Menguras, Menutup, dan Mengubur barang-barang yang bisa jadi sarang nyamuk. Terus, taburin bubuk abate dan pake antinyamuk.
“Kalau untuk DBD, gerakan itu yang paling efektif. Nyamuk Aedes Aegypti kan suka berkembang biak di air jernih,” jelas Anna.
Anna juga bilang, kesigapan keluarga buat bawa pasien ke layanan kesehatan bakal bantu minimalkan fatalitas akibat DBD.
“Kenali gejalanya dan segera bawa ke layanan kesehatan kalo ada anggota keluarga yang diduga kena DBD,” imbuhnya.
Q: Kenapa kasus DBD di Tulungagung bisa melonjak tinggi? A: Kasus DBD di Tulungagung tahun ini melonjak karena siklus lima tahunan dan kondisi lingkungan yang padat penduduk.
Q: Apa itu Insidence Rate (IR) dan Case Fatality Rate (CFR)? A: IR adalah angka kesakitan per 100 ribu penduduk, sedangkan CFR adalah persentase kematian dari total kasus.
Q: Apa saja langkah efektif untuk mencegah DBD? A: Gerakan 3M plus (Menguras, Menutup, Mengubur), tabur bubuk abate, dan pake antinyamuk adalah langkah efektif mencegah DBD.