Rembang – KH Bahauddin Nur Salim, juga dikenal sebagai Gus Baha, masih digandrungi berbagai kalangan hingga saat ini.
Ceramah ulama dari Nahdlatul Ulama (NU) asal Rembang, Jawa Tengah ini telah memberikan warna unik.
Selain materi ceramahnya yang selalu tajam dan mudah dimengerti, penampilannya yang khas dan sederhana, dengan pakaian putih, sarung, dan kopiah yang sering miring, membuatnya mencuri perhatian.
Jika kita mengamati dengan cermat, kita akan melihat bahwa Gus Baha tidak pernah mau ditempatkan di podium saat memberikan ceramah.
Bahkan duduk di atas kursi adalah hal yang jarang terjadi. Hal ini dapat ditemukan dalam berbagai video Gus Baha yang tersebar di media sosial.
Gus Baha memiliki kecenderungan untuk tidak duduk di kursi ketika memberikan ceramah, meskipun terkadang ada tekanan agar ia duduk di kursi yang lebih tinggi daripada jamaahnya.
Hal ini menjadi permintaan khususnya ketika beliau diundang untuk berbicara dalam majelis ilmu.
“Saya tidak bermaksud sombong. Mengapa saya tidak suka ada podium atau kursi ketika mengaji?” ungkapnya sambil bertanya, seperti yang terlihat dalam video Santri Gayeng yang dipublikasikan di NU Online pada Jumat (8/9/2023).
Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini menjelaskan bahwa beliau ingin berada sejajar dengan jamaah atau pendengar yang datang mencari ilmu dari Allah melalui dirinya.
Baginya, mereka semua adalah umat Nabi Muhammad, yang memiliki status yang sama dengannya.
“Saya ingin menyampaikan kepada semua orang, setidaknya Allah tahu bahwa saya ingin sejajar dengan umat Nabi Muhammad,” jelas Gus Baha.
Gus Baha tidak melarang kiai atau ulama untuk duduk lebih tinggi dari jamaahnya. Menurutnya, itu adalah salah satu karakteristik khas ulama.
Pernyataan ini sering kali disampaikannya kepada orang-orang yang ingin tahu alasan mengapa ia tidak suka duduk di atas kursi atau podium saat mengaji.
“Saya senang ketika ada kiai yang duduk di atas, karena itu adalah ciri khas ulama. Tapi (bagi) saya sendiri, para pendengar yang datang kepada saya adalah umat Nabi Muhammad. Kita semua satu kelas. Sanad mereka berasal dari Nabi, begitu juga dengan saya. Itu adalah satu kelas yang sama,” ujarnya.
Sikap ini selalu menjadi pengingat bagi Gus Baha bahwa beliau tidak perlu duduk lebih tinggi dari mereka sebagai bentuk kesederajatan, terutama saat berada di depan umat Nabi Muhammad yang telah berusaha keras untuk mencari ilmu.
“Dengan cara ini, saya selalu diingatkan bahwa kita semua sederajat, jadi saya tidak perlu duduk di atas mereka,” tambahnya.
Dengan alasan ini, para penyelenggara yang mengundang Gus Baha akhirnya memahami mengapa ia meminta agar tidak perlu duduk di kursi atau podium saat memberikan ceramah.