Jakarta – Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian (Kementan), Bambang, menyampaikan bahwa Indonesia telah membuka opsi untuk mengimpor sapi hidup dari negara lain selain Australia.
Keputusan ini diambil karena Indonesia tidak ingin terlalu bergantung pada Australia untuk memenuhi kebutuhan sapi. Beberapa negara yang menjadi alternatif impor bagi Indonesia antara lain India, Brazil, dan Afrika Selatan.
Upaya ini dibahas dalam pertemuan antara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, dengan Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, dan jajarannya.
“Dalam hal ini, kita ingin tetap menjaga keterbukaan antar negara. Jangan hanya terpaku pada Australia saja. Di samping itu, kita juga sedang menjajaki potensi impor sapi dari India, Brasil, dan Afrika Selatan yang saat ini sedang diupayakan oleh Menkomarves (Luhut), dengan koordinasi dari Badan Karantina,” kata Bambang dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian Jakarta Selatan, pada Selasa (1/8/2023).
Bambang menekankan pentingnya Indonesia untuk tetap waspada dan memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat, terutama karena negara ini menghadapi ancaman krisis iklim.
“Kami juga harus selalu mewaspadai kebutuhan akan protein hewani, terlebih saat menghadapi ancaman krisis iklim. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah alternatif dalam menyikapi situasi ini,” lanjutnya.
Namun, Bambang menegaskan bahwa keputusan mengimpor sapi dari negara-negara tersebut harus melalui kajian mendalam.
Jika hasil kajian menunjukkan hal tersebut memungkinkan dan sesuai dengan regulasi, maka opsi impor akan diambil. Pemerintah akan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan ini.
Sebelumnya, melalui unggahan di akun Instagram @luhut.pandjaitan pada Rabu (12/7/2023), Luhut mengungkapkan kunjungannya ke Afrika Selatan untuk memberitahu bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menghadiri KTT BRICS. Dalam pertemuan tersebut, Luhut menyatakan bahwa Indonesia berminat untuk mengimpor sapi dan kedelai dari Afrika Selatan.
“Dalam KTT ini, diharapkan akan tercapai kesepakatan terkait impor sapi dan kedelai yang akan ditandatangani saat kunjungan ini. Sebagai langkah awal, kami sedang mengeksplorasi potensi kerja sama impor 50.000 ekor sapi dan 300.000 ton kedelai dari Afrika Selatan,” ujar Luhut.
Luhut menjelaskan bahwa impor ini menjadi langkah mutlak mengingat kenaikan harga daging sapi yang signifikan dan prediksi dari Kementerian Pertanian yang menunjukkan bahwa Indonesia masih memerlukan 40% komoditas daging sapi. Selain itu, kebutuhan akan 3 juta ton kedelai di dalam negeri juga harus terpenuhi.