Jakarta – Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto ngejelasin gimana hubungan Megawati dan Jokowi setelah keduanya ngerayain Hari Lahir Pancasila di tempat yang beda. Ada yang penasaran nggak nih, gimana hubungan mereka sebenarnya?
Seperti yang kita tau, Jokowi ngerayain Hari Lahir Pancasila di Dumai, Riau, sementara Megawati ada di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Sabtu (1/6/2024). Hasto jelasin alasannya Mega datang ke Ende dengan aspek historis.
“Kalau Ibu Megawati Soekarnoputri datang ke Ende karena aspek historis. Dan buat saya pribadi, datang ke Ende ternyata menemukan semangat juang. Suatu tekad yang makin kuat. Bung Karno dulu sampai dibuang dan dia memilih rakyat biasa yang buta huruf sebagai rekan seperjuangan dan mendidiknya,” ujar Hasto Kristiyanto seusai kuliah umum di Fisip UI, Depok, Senin (3/6/2024).
Hasto juga jelasin, aspek historis jadi alasan Megawati dan PDIP merayakan Hari Lahir Pancasila di Ende. Tempat itu adalah tempat bersejarah lahirnya Pancasila ketika Soekarno diasingkan pada 1934-1938.
“Jadi kalau saya bayangkan dengan perjuangan Bung Karno di Ende seperti itu. Apa yang kami lakukan belum ada artinya. Maka menghadapi kegelapan demokrasi hari ini kami mendapatkan pupuk intelektual tentang kebenaran yang harus diperjuangkan. Di dalam menghadapi kekuasaan yang wataknya itu perpaduan paradoks antara populism, feodalism, dan machiavelli Jawa,” jelas dia.
Ditanya apakah hubungan Megawati dan Jokowi meruncing? Menurut Hasto, hubungan mereka bukan soal meruncing atau enggak, tapi soal kesetiaan pada prinsip kedaulatan rakyat.
“Loh bagi kami hubungan itu bukan pada persoalan meruncing atau tidak. Hubungan itu setia pada prinsip-prinsip kedaulatan rakyat atau tidak. Itu marwah PDI Perjuangan. Itu yang harus kami jalankan. Itu yang dijalankan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri,” tegas Hasto.
“Ketika Rakernas ke-5 merekomendasikan bahwa Ibu Megawati selaku ketua umum PDI Perjuangan untuk hanya berkomunikasi dan membangun kerja sama dengan pihak-pihak yang menjalankan agenda Reformasi, yang setia pada konstitusi, yang setia pada jalan demokrasi untuk rakyat. Yang setia pada jalan supremasi hukum. Bukan yang menempuh jalan pintas. Itu sangat clear and directionnya sangat jelas,” tambahnya.
Ditanya lagi apakah Jokowi masih kader PDIP, Hasto bilang soal watak dan karakter. Dia nyebut watak kader PDIP adalah membangun demokrasi.
“Ya kader itu kan diukur bukan dari wataknya, dari karakternya. Karakter PDI Perjuangan adalah membangun demokrasi. Ketika seseorang tidak lagi membangun demokrasi ya itu tidak lagi memiliki suatu kesesuaian antara watak dan karakter. Dan itu jauh fundamental daripada status formal,” ungkapnya.