Probolinggo – Kawasan Gunung Bromo, setelah mengalami kebakaran hutan dan lahan, kini tampak gersang. Sisa-sisa rumput dan pohon yang hangus terbakar melukis pemandangan salah satu gunung tercantik di sini.
Dua pekan sebelumnya, sebagian besar flora seperti rumput malelo, bunga anggrek Tosari, hingga bunga Edelweiss menjadi jarang terlihat. Begitu juga dengan fauna langka seperti Lutung dan Elang Jawa.
Peristiwa ini terjadi dalam kurun waktu 2 minggu, yang membuat kepala Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, bernama Sunaryono, mengungkapkan bahwa kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mulai terbakar sejak tanggal 1 September.
Hal ini berarti bahwa sebelum rombongan yang hendak melakukan prewedding menyalakan flare pada tanggal 6 September, Bromo sudah mengalami kebakaran. Terutama, kebakaran tersebut berawal dari kawasan Lumajang.
Kebakaran yang terjadi sebelum aksi flare prewedding tersebut juga menyulut rumput kering di Bukit Teletubbies, yang mengakibatkan Badan Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS) selaku pengelola wisata melakukan pembatasan kunjungan wisatawan.
Sunaryono menjelaskan bahwa tidak sepenuhnya rombongan prewedding yang terdiri dari 6 orang harus disalahkan, karena sebelumnya telah terjadi kebakaran. Ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, mulai dari pengelola, pengunjung wisata, hingga masyarakat Suku Tengger sendiri. Demi kebaikan bersama, Sunaryono meminta agar pemulihan segera dilakukan.
Lebih lanjut, Sunaryono menyoroti kerusakan sebelumnya pada Padang Savana Bukit Teletubbies yang bukan hanya akibat kebakaran, tetapi juga karena perilaku pengunjung yang tidak bertanggung jawab, seperti mobil-mobil pengunjung yang merusak lahan savana tersebut. Oleh karena itu, saling menyalahkan saat ini tidaklah tepat, dan pemulihan harus menjadi fokus utama untuk menjaga keasrian dan keindahan kawasan ini.