Blitar – Event Blitar Jadul 2024, acara tahunan Pemkot Blitar, dapet sorotan tajam dari anggota legislatif. Bazaar yang jadi bagian perayaan Bulan Bung Karno ini habisin dana APBD 2024 lebih dari Rp 485 juta. Tapi, acaranya malah dinilai amburadul.
DPRD Kota Blitar dapet laporan dari masyarakat soal jual beli stan yang diduga jadi ajang pungutan liar (pungli). “Ada info jual beli stan di Blitar Jadul yang diduga mengarah ke pungli,” kata Ito Tubagus Aditya, anggota DPRD Kota Blitar, Rabu (12/6/2024).
Acara Blitar Jadul di alun-alun, dibuka Wali Kota Blitar Santoso, dan ditutup Selasa malam, 11 Juni 2024. Data menunjukkan biaya sewa peralatan umum buat acara ini mencapai Rp 485.747.600. Total biaya untuk acara 5 hari ini bisa lebih besar karena tiap kecamatan dan kelurahan juga diminta siapkan stan.
Acara yang jadi rangkaian peringatan Bulan Bung Karno ini diikuti sekitar 400 pedagang, terutama makanan dan minuman. Harapan legislatif, menurut Ito, stan jualan diisi masyarakat Kota Blitar, khususnya pelaku UMKM, buat normalisasi ekonomi pasca pandemi.
Tapi kenyataannya, banyak laporan kalau banyak stan dimiliki warga luar kota Blitar. Mereka dapet stan dari orang-orang yang memperjualbelikan. Harga sewa stan Bazaar Blitar Jadul bervariasi antara Rp 2,5 juta – Rp 5 juta selama acara berlangsung, tergantung ukuran dan lokasi stan.
Nggak cuma buat warga luar kota, pedagang kecil di sekitar alun-alun Blitar juga dikenakan uang sewa. Buat jualan di trotoar mereka harus bayar Rp 250 ribu – Rp 500 ribu. Pembayaran sewa stan ini dikoordinir oleh orang-orang yang ngaku panitia acara, diduga orang-orang yang pernah berjasa atas kemenangan Wali Kota Blitar Santoso dalam Pilkada 2019.
“Pertanyaannya, kalau nggak ada karcis retribusi dan semacamnya, terus uangnya lari ke mana?” tegas Ito, politisi Partai Demokrat. Menurut Ito, Bazaar Blitar Jadul seharusnya jadi panggung ekonomi masyarakat Blitar, bukan malah dikeluhkan soal pungutan uang sewa.
Konsep branding pariwisata seharusnya bikin Blitar dikenal sebagai kota wisata, apalagi Blitar Jadul jadi bagian peringatan Bulan Bung Karno. Tapi semuanya nggak terlihat, acara ini malah jadi semacam pasar malam yang amburadul dan banyak keluhan warga lokal. Acara ini terkesan cuma buat nyerap anggaran.
Menurut Ito, perlu ada evaluasi menyeluruh terhadap Bazaar Blitar Jadul yang menyisakan banyak persoalan. Termasuk dugaan pungli, pihaknya bakal melakukan pengusutan. “Kita bakal bahas hal ini di DPRD,” pungkasnya.
Sementara itu, penanggung jawab acara Bazaar Blitar Jadul belum bisa dikonfirmasi terkait masalah yang terjadi. Sebelumnya saat launching acara pada 7 Juni 2024, Kepala Disperindag Kota Blitar Hakim Sisworo bilang acara tahun ini lebih mengedepankan kuliner tradisional dan diharapkan lebih meriah dengan pameran dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.