Surabaya – Kabar mengenai kondisi udara dan tingkat polusi udara di sejumlah kota besar di Tanah Air tengah ramai diperbincangkan. Situasi udara yang semakin memburuk diakui mampu menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan manusia dan juga ekosistem sekitarnya.
“Paparan udara yang tercemar dengan polutan seperti partikel halus (PM 2.5), ozon, NO2, hidrokarbon, dan CO2 berpotensi mengganggu fungsi sistem pernapasan, menyebabkan iritasi mata dan tenggorokan, serta memperburuk masalah alergi pernapasan, asma, dan penyakit jantung,” ujar Profesor Kesehatan Lingkungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair), Corie Indria Prasasti pada Senin (14/8/2023).
Di samping dampaknya terhadap kesehatan manusia, polusi udara juga berdampak pada ekosistem. Efek pemanasan global dan perubahan iklim menjadi potensi yang mesti diperhitungkan. Ekosistem pun rentan mengalami gangguan, termasuk rusaknya tanaman dan gangguan terhadap kelangsungan hidup hewan.
“Bukan hanya itu, dampaknya dapat memicu proses erosi dan degradasi, yang berujung pada penurunan kualitas air dan tanah dan memberikan dampak negatif pada keseimbangan ekosistem perairan,” tambahnya.
Menurut pandangan Corie, pentingnya udara bersih tak bisa diabaikan. Keberadaan udara yang bebas dari polutan menjadi penentu bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia serta lingkungan. Udara bersih mengandung arti lebih dari sekadar hembusan bebas dari toksin; ia membawa dampak besar bagi kualitas hidup manusia dan melindungi mereka dari risiko berbagai penyakit.
“Udara bersih memiliki peran sentral dalam mengurangi risiko masalah pernapasan seperti alergi pernapasan, asma, bronkitis, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Bersihnya udara juga berperan dalam menjaga kesehatan jantung. Pasalnya, komponen polutan udara dapat memicu peradangan dalam tubuh, memperburuk kondisi jantung, dan meningkatkan peluang serangan jantung,” terangnya.
Terlebih lagi, bagi pertumbuhan anak-anak, udara bersih memiliki peranan sentral. Mengingat anak-anak dan bayi lebih rentan terhadap efek negatif polusi udara, khususnya pada proses perkembangan sistem pernapasan dan pertumbuhannya.
Sebagai langkah menjaga kualitas udara tetap baik, diperlukan pemantauan kontinu terhadap kualitas udara di sekitar lingkungan. Jika situasi mengharuskan seseorang untuk berada di luar rumah pada saat udara buruk, penggunaan masker menjadi langkah yang perlu diambil.
“Selalu periksa indeks kualitas udara yang tersedia di wilayah sekitar untuk mengetahui seberapa buruk kondisinya. Jika aktivitas di luar ruangan tak bisa dihindari saat kualitas udara jelek, gunakan masker yang dirancang secara khusus untuk melindungi sistem pernapasan dari partikel halus,” tandasnya.