Tulungagung – BNN telah meluncurkan strategi yang melampaui pendekatan konvensional dalam upaya memutus rantai peredaran narkoba di Kabupaten Tulungagung.
Bukan sekadar kampanye anti-narkoba atau penggerebekan, tapi sebuah perjalanan kompleks yang melibatkan lapisan masyarakat hingga ke ujung desa, bahkan menjangkau para pekerja migran Indonesia (PMI).
Kepala BNN Kabupaten Tulungagung, Rose Iptriwulandhani, menyebutkan bahwa strategi BNN tak hanya menargetkan pengguna narkoba, tapi menumbuhkan ketahanan sosial yang berlapis.
“Kami banyak melakukan program untuk meningkatkan sinergitas dan kolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat, pemerintah daerah, serta stakeholder TNI dan POLRI. BNN tidak hanya fokus pada pemberantasan saja, tetapi juga pada upaya pencegahan dan pemberdayaan masyarakat serta rehabilitasi,” ujarnya.
Dengan pendekatan dari hulu ke hilir, BNN Tulungagung menargetkan berbagai kelompok masyarakat, mulai dari anak-anak hingga pekerja dewasa. Di sinilah keunikan upaya BNN tampak jelas: mengedukasi kelompok PMI di Balai Latihan Kerja (BLK) bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Para PMI, yang seringkali harus meninggalkan keluarga dan menghadapi berbagai tantangan sosial dan ekonomi di luar negeri, diakui Rose sebagai kelompok yang rentan terkena pengaruh narkoba.
“Setiap minggu, kami rutin memberikan edukasi kepada para PMI di BLK, bekerja sama dengan Dinaskertrans,” tambahnya.
Pendekatan lain yang tak biasa adalah penyuluhan dan edukasi yang dimulai sejak pendidikan usia dini. Melalui kerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan, BNN mengintegrasikan materi anti-narkoba dalam kurikulum, memberikan pondasi sejak awal untuk membangun generasi yang tangguh melawan narkoba.
“Kami melakukan MOU dengan berbagai lembaga pendidikan dan lingkungan pemerintahan untuk menjalankan program edukasi ini. Bahkan, di Tulungagung sudah lahir Perda No.1 Tahun 2023 tentang Fasilitasi P4GN yang tinggal menunggu harmonisasi di Kemenkumham,” jelas Rose.
Di samping pencegahan, BNN Tulungagung juga menyediakan layanan rehabilitasi rawat jalan di Klinik Pratama, yang dirancang bagi pengguna narkoba kategori ringan dan sedang. Sementara untuk kasus berat, mereka bekerja sama dengan RS Dr. Iskhak. Keberadaan fasilitas ini memungkinkan akses yang lebih mudah bagi masyarakat yang membutuhkan rehabilitasi tanpa perlu keluar kota.
“Kami sangat mengapresiasi Pemerintah Daerah yang menyediakan tempat rehabilitasi ini, karena tidak semua kota dan kabupaten memiliki fasilitas tersebut,” kata Rose.
Kejahatan narkotika bagi BNN bukan sekadar tantangan institusional, tapi tanggung jawab sosial bersama. Rose menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak dalam menekan angka peredaran narkoba.
“Kami berharap masyarakat semakin sadar dan berperan aktif dalam upaya pencegahan dan pelaporan jika ada pengguna narkoba di lingkungannya. Sinergitas dan kolaborasi dengan TNI, POLRI, dinas, OPD, serta semua elemen masyarakat sangat penting untuk menekan angka peredaran narkotika,” tegasnya.
Dengan kehadiran Rose Iptriwulandhani, seorang warga asli Sumenep yang kini menetap di Malang dan telah hampir dua tahun mengabdi sebagai Kepala BNN Tulungagung, pendekatan inovatif ini diharapkan mampu membawa perubahan besar.
Keinginan Rose untuk melihat OPD di Tulungagung memasang himbauan anti-narkoba dalam berbagai kegiatan melalui banner dan pamflet bukan hanya sekadar formalitas, tapi sebuah simbol perlawanan yang diharapkan tumbuh di setiap sudut wilayah Tulungagung.
Dalam bayangan Rose, Tulungagung bukan hanya daerah bebas narkoba, tapi juga komunitas yang secara kolektif menjaga setiap anggotanya dari bahaya narkotika.