Trenggalek Bergejolak: Dugaan Setoran Ratusan Juta Mengguncang Seleksi Perangkat Desa

Siaranesia.com, TRENGGALEK— Ujian pengisian perangkat desa di Kecamatan Tugu, Kamis (4/12), yang sejatinya menjadi ajang peneguhan integritas pemerintahan desa, justru berubah menjadi sorotan publik. Seleksi yang diikuti peserta dari enam desa—Gading, Nglinggis, Duren, Tegaren, Winong, dan Prambon—itu kini diwarnai dugaan kuat adanya praktik setoran uang yang mencederai prinsip profesional dan akuntabel.

Ujian digelar di Aula Kantor Kecamatan Tugu dengan formasi beragam, mulai Kaur Umum, Kepala Dusun, hingga Kasi Kesra. Hasil seleksi diumumkan pada akhir kegiatan, sekaligus menetapkan peserta yang dinyatakan lolos untuk masing-masing formasi.

Camat Tugu Hari Andhiko, A.P., M.Si

Pengakuan Setoran Rp100 Juta–Rp200 Juta Menguatkan Kecurigaan

Kecurigaan publik mencuat setelah FR, peserta asal Desa Duren, mengaku menyetor uang sebesar Rp100 juta demi “kelancaran” kelulusan. Ironisnya, FR justru tidak lolos. Ia menuding pemenang formasi Kepala Dusun Gajah, RK, diduga menyetor lebih besar, yakni Rp200 juta, kepada Kepala Desa Duren.

“Uang yang saya setor masih dicicil Rp50 juta. Tapi ternyata tetap tidak lolos,” ujar FR.

Pengakuan FR disebut telah terdengar oleh sejumlah perangkat desa. Sekretaris Desa Duren, Juwito, membenarkan bahwa ia telah mendengar langsung keluhan tersebut. Namun ia menegaskan dirinya bukan panitia seleksi. “Panitia dibentuk lewat musyawarah desa. Kami tidak bisa mengambil tindakan tanpa dasar pasti,” jelasnya.

Camat Tugu Angkat Suara: Minta Klarifikasi Pihak-Pihak Terkait

Menanggapi kabar tersebut, Camat Tugu, Hari Andhiko, A.P., M.Si., menyatakan bahwa proses seleksi telah dilaksanakan sesuai ketentuan dan disaksikan aparat TNI–Polri.

“Isu setoran uang baru kami dengar. Silakan konfirmasi langsung kepada pihak yang disebutkan, termasuk Kepala Desa Duren,” tegasnya.

Kepala Desa Duren Bungkam, Publik Semakin Bertanya

Upaya wartawan mengonfirmasi Kepala Desa Duren melalui pesan WhatsApp dan panggilan telepon tidak membuahkan hasil. Pesan terbaca, namun tak berbalas. Sikap diam ini pun dinilai semakin menguatkan dugaan adanya praktik transaksional dalam seleksi perangkat desa.

Meritokrasi Terancam, Integritas Proses Dipertanyakan

Seleksi perangkat desa yang seharusnya menjunjung meritokrasi dan integritas kini diguncang isu setoran ratusan juta rupiah. Dugaan praktik ini bukan hanya melukai rasa keadilan peserta, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar yang menggema semakin keras:

Apakah integritas seleksi benar-benar dijaga?

Mengapa perangkat desa maupun kecamatan enggan bersikap tegas?

Mengapa Kepala Desa Duren memilih bungkam saat tuduhan mengemuka?

Jika dugaan ini tidak diusut tuntas, publik khawatir posisi perangkat desa akan diisi bukan oleh sosok yang berkompeten, melainkan mereka yang mampu “membayar paling mahal”. Pada akhirnya, kualitas pelayanan publik di tingkat desa dikhawatirkan terdistorsi oleh kepentingan pribadi dan transaksi gelap—sebuah ancaman serius bagi wajah pemerintahan desa.

Jurnalis: Yupiter
Editor: Arief

Baca Juga
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Jurnalistik Berkualitas Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!