Blitar – Kabupaten Blitar menawarkan staycation privat untuk keluarga. Di tengah perkebunan kopi Kawisari yang sejuk, terdapat sebuah loji peninggalan Belanda yang bisa menjadi pilihan destinasi baru.
Awalnya dikenal dengan nama Harmoni te Kawisari, loji ini dibangun pada tahun 1870 bersamaan dengan pendirian perkebunan ini. Arsitektur asli bangunan ini dirancang oleh Firma Architect Aannnemer J.P Barends yang berkantor di Villaparkweg-4 Bandung.
Seiring berjalannya waktu, bangunan Indies ini mengalami beberapa perombakan. Namun, fasad kokoh ciri khas bangunan Indies tetap dipertahankan. Begitu memasuki lobi dan ruang utama, kesan oriental yang kental terasa.
Loji ini menampilkan beberapa ornamen dan interior koleksi vintage peninggalan kuno Tiongkok. Terdapat guci klasik, lukisan, dan foto dokumenter yang direpro dalam ukuran besar dan dibingkai. Di setiap sudut ruangan yang berhawa adem ini terlihat rekam jejak sejarah perkebunan dan bangunan ini.
“Kami menyediakan lima kamar untuk staycation, di mana masing-masing kamar dilengkapi dengan dua tempat tidur besar. Biasanya para wisatawan yang menginap di sini datang bersama keluarga mereka,” ujar Agus Harianto, Bagian Pengembangan Perkebunan Kawisari.
Agus juga menyatakan bahwa tingkat kunjungan wisatawan di tempat ini tetap stabil dari tahun ke tahun. Lokasinya termasuk dalam kategori wisata minat khusus yang bersifat privat. Hanya wisatawan dalam negeri maupun mancanegara yang ingin menikmati waktu liburan mereka tanpa banyak wisatawan lain di lokasi yang sama yang datang ke sini.
Saat melihat ke dalam kamar di Loji Kawisari, kita akan melihat ruangan yang luas dengan dua tempat tidur besar yang tertata rapi. Terdapat juga sofa dengan desain simpel dan familiar, serta tata lampu yang elegan, menciptakan kesan ruangan yang nyaman untuk berkumpul dengan keluarga.
Karena ketinggiannya mencapai 1.000 mdpl, kamar-kamar di Loji Kawisari tidak dilengkapi dengan pendingin udara. Ruang utama yang terbuka berhubungan langsung dengan kebun dan taman, sehingga udara bebas mengalir dengan kesegaran alami.
“Kami biasanya menawarkan paket keluarga, di mana menginap di sini bukan hanya sekadar tidur. Kami juga mengajak para tamu untuk berkeliling kebun kopi, sengon, dan karet. Mereka dapat mencoba menanam sayuran hidroponik dan memanen madu saat musim bunga kopi. Jika musim panen tiba, mereka juga dapat ikut memetik kopi,” jelasnya.
Musim panen kopi di sini berlangsung sekitar bulan Juli hingga September. Saat itulah wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan para pekerja perkebunan, ikut memetik kopi, dan menggoreng biji kopi di atas tungku kayu dengan gerabah tanah liat. Mereka juga dapat merasakan sensasi menikmati secangkir kopi langsung dari kebunnya.
Selama ini, banyak wisatawan mancanegara yang mengunjungi tempat ini, meskipun beberapa wisatawan dalam negeri juga datang dari Bandung dan Jakarta. Mereka tertarik untuk menginap dan menyaksikan aktivitas para pekerja kebun, sebagai pengalaman unik yang mungkin sulit mereka temui di negara atau daerah asal mereka yang lebih perkotaan.
“Menikmati staycation di Loji Kawisari adalah liburan yang privat, penuh ketenangan, kesejukan, dan kesempatan untuk berkumpul bersama orang-orang sederhana yang tulus dan ramah menyambut kami,” ungkap Mart Keith, seorang wisatawan mancanegara.