Jakarta – Serangan militer Israel terhadap Gaza, Palestina, terus berlanjut, menimbulkan kegelapan dan ketakutan bagi warga sipil, pasien, serta tenaga kesehatan di wilayah tersebut.
Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom, melaporkan situasi mencekam ini.
Pada hari Jumat, tanggal 27 Oktober 2023, Israel telah melakukan pemutusan jalur komunikasi dan pemadaman listrik secara total di Gaza. Akibatnya, warga Gaza terjebak dalam keadaan gelap dan terputus dari dunia luar.
“Ada lebih banyak korban yang terluka setiap jamnya. Namun ambulans tidak dapat menjangkau mereka karena pemadaman komunikasi. Kamar mayat penuh. Lebih dari separuh korban tewas adalah perempuan dan anak-anak,” demikian yang disampaikan WHO dalam platform X.
WHO menekankan pentingnya segera mengambil tindakan pencegahan demi melindungi warga dan infrastruktur sipil, termasuk tenaga kesehatan, pasien, fasilitas rumah sakit, dan ambulans.
“Tindakan aktif harus diambil untuk memastikan mereka tidak dirugikan dan jalur aman disediakan untuk pergerakan pasokan medis, bahan bakar, air, dan makanan yang sangat dibutuhkan ke dalam dan melintasi Gaza,” tegas WHO.
Organisasi ini juga melaporkan pemboman yang terjadi di dekat rumah sakit Indonesia dan Al Shifa sangat memprihatinkan.
Rumah sakit di seluruh Gaza sudah beroperasi secara maksimal karena banyaknya korban luka yang menderita selama berhari-hari akibat serangan yang tak berkesudahan.
Mereka mengaku tak mampu menampung peningkatan jumlah pasien setiap jamnya.
Tenaga kesehatan Gaza menghadapi krisis persediaan obat-obatan dan tidak ada tempat lagi untuk menampung pasien baru.
Ambulans tidak dapat menjangkau mereka akibat terputusnya komunikasi. Kamar mayat penuh, lebih dari separuhnya adalah perempuan dan anak-anak.
Sayangnya, WHO belum dapat berkomunikasi dengan stafnya di Gaza, dan situasi serupa juga dialami oleh lembaga lain, termasuk para relawan. Pemimpin Dana Anak PBB (UNICEF), Catherine Russell, mengungkapkan keprihatinannya.
“Kami telah kehilangan kontak dengan rekan-rekan kami di Gaza. Saya sangat prihatin dengan keselamatan mereka dan malam menakutkan bagi satu juta anak di Gaza,” ucap Russell melalui akun UNICEF di platform X.
Kabar terbaru, UNICEF akhirnya dapat terhubung dengan beberapa rekan meskipun dalam kondisi terbatas.
UNICEF juga menegaskan bahwa situasi di Gaza sangat mengerikan dan menuntut adanya “gencatan senjata kemanusiaan” segera serta akses yang aman bagi warga sipil.
Dalam konteks konflik berkepanjangan ini, harapan tertuju pada langkah-langkah yang akan diambil demi melindungi nyawa dan kesejahteraan masyarakat Gaza.