
Foto : Warga tiga Desa Sukorejo, Punjul Kecamatan Karangrejo, dan Picisan Kecamatan Sendang sedang gotong royong memperbaiki jembatan (sementara).
TULUNGAGUNG, siaranesia.com — Jembatan penghubung vital antara Desa Sukorejo dan Desa Punjul, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Tulungagung, kembali mengalami longsor pada pertengahan Mei 2025. Longsor yang terjadi untuk kedua kalinya ini membuat kendaraan roda empat tidak bisa melintas, mengganggu roda perekonomian warga, terutama dari Desa Punjul dan Desa Picisan.
Tak ingin berpangku tangan, masyarakat dari tiga desa itu bergerak cepat. Tanpa menunggu bantuan resmi datang, mereka turun tangan memperbaiki jembatan secara swadaya. Gotong royong pun menjadi kekuatan utama, menghubungkan kembali akses yang terputus dan mempererat jalinan antarwarga lintas desa.
“Ini bukan hanya soal jembatan, ini tentang kehidupan kami,” ujar salah satu warga Punjul sambil mengangkut batu bersama tetangga dari desa lain.
Pemerintah Desa Sukorejo telah mengajukan permohonan perbaikan ke Dinas PUPR Kabupaten Tulungagung dan mendapat respons positif. Sambil menunggu dana dari pemerintah yang belum turun, masyarakat tetap mengambil inisiatif melakukan perbaikan sementara dengan izin dari pihak terkait.
Perbaikan sementara dilakukan dengan izin pemerintah desa dan dukungan moral dari Dinas PUPR Kabupaten Tulungagung, yang telah menerima permohonan bantuan pembangunan jembatan permanen. Meski anggaran belum cair, warga memilih bertindak cepat demi menjaga keberlangsungan aktivitas harian—khususnya distribusi hasil pertanian dan kebutuhan pokok.
Kepala Desa Sukorejo, Drs. Mahfud Hadi, menjelaskan bahwa faktor usia jembatan dan curah hujan tinggi menjadi penyebab utama longsor.
“Tidak ada tanda kerusakan berarti sebelumnya, namun hujan deras dan usia bangunan yang tua membuat jembatan ini rentan,” ungkapnya.
Di tengah segala keterbatasan, semangat kebersamaan justru semakin menyala. Warga tua muda, laki-laki perempuan, saling bergandeng tangan membawa material, menyiapkan pondasi, dan memastikan jalur alternatif tetap aman dilewati. Jembatan darurat kini telah terbangun, menjadi saksi bisu kegigihan warga menjaga konektivitas dan harapan.
“Kalau kita menunggu saja, yang rugi masyarakat sendiri. Maka lebih baik kita bergerak bersama. Pemerintah pasti akan membantu, tapi warga juga harus peduli dengan lingkungan sekitar,” imbuh salah satu tokoh masyarakat Desa Picisan.
Pemerintah daerah berencana membangun ulang jembatan dengan konstruksi lebih kokoh pada tahun ini. Sementara itu, jembatan darurat hasil kerja gotong royong menjadi simbol nyata kekuatan warga desa dalam menghadapi tantangan bersama.
Dengan semangat gotong royong yang terus hidup, warga Sukorejo, Punjul, dan Picisan memberi teladan: bahwa dalam keterbatasan, solidaritas adalah jembatan sejati.
Jurnalis: Linda