Surabaya – Setiap 26 Juli, Hari Puisi Indonesia dirayakan. Tanggal ini dipilih karena merupakan hari kelahiran Chairil Anwar, seorang penyair Angkatan 45 yang karyanya masih abadi hingga kini.
Chairil diakui sebagai pelopor puisi yang sangat mendalam dan menghidupkan puisi di Indonesia, negeri tercinta.
Proses penetapan Hari Puisi Indonesia melalui perjalanan yang panjang dan diulas dalam Jurnal Sasindo Universitas Pamulang yang berjudul “Problematika Hari Puisi di Indonesia” yang disusun oleh Washadi.
Penggagas Hari Puisi di Indonesia adalah Rida K. Liamsi, seorang penyair senior asal Riau. Pada 22 November 2012, sekitar 40 penyair dari berbagai daerah di Indonesia mengumumkan dan menetapkan tanggal kelahiran Chairil Anwar sebagai Hari Puisi Indonesia. Deklarasi ini berlangsung di Anjungan Idrus Tintin, Pekanbaru, Riau.
Berikut adalah daftar penyair yang hadir dalam deklarasi Hari Puisi Indonesia tersebut:
Sebelum deklarasi dan pembacaan puisi, digelar Musyawarah Penyair Indonesia. Deklarasi itu sendiri dibacakan oleh Sutardji Calzoum Bachri.
Sejak 2013, perayaan Hari Puisi Indonesia diadakan secara rutin di seluruh Indonesia. Sebagai hasil dari perayaan ini, Yayasan Hari Puisi didirikan.
Pada perayaan Hari Puisi Indonesia, berbagai kegiatan diadakan, termasuk pemberian Anugerah Hari Puisi kepada penulis buku puisi terbaik.
Sekilas mengenai Chairil Anwar, ia lahir pada 26 Juli 1922 di Medan. Pendidikannya hanya mencapai MULO kelas 1 sebelum pindah ke Jakarta. Meskipun hanya sampai kelas 2 di MULO Jakarta, ia terkenal sebagai anak yang gemar membaca, termasuk karya sastra berbahasa asing.
Penggemar buku sejati, Chairil Anwar belajar bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman secara mandiri. Dia hidup dengan cinta pada puisi dan menulis sajak sebagai mata pencaharian. Beberapa karyanya yang terkenal adalah puisi berjudul “Nisan” pada tahun 1942 dan “Aku.”
Dia pernah menjadi redaktur di Majalah Gema Suasana dan Majalah Siasat. Meski memiliki impian mendirikan majalah kebudayaan bernama Air Pasang dan Arena, namun tidak kesampaian. Chairil Anwar meninggal pada 28 April 1949 karena penyakit paru-paru.
Sebagai penghormatan atas jasanya sebagai pelopor Angkatan 45, Pemerintah Indonesia menganugerahi Chairil Anwar dengan Anugerah Seni pada 12 Agustus 1969. Sejak saat itu, tanggal wafat Chairil ditetapkan sebagai Hari Puisi Nasional.